One Shot: la moitié de mon coeur

Senin, 8 Februari 2016
15:45 WIT
Halo! Kali ini gue ingin membagikan sebuah cerita pendek, one shot sih sebenernya. Judulnya la moitié de mon coeur. Dari judulnya memang pake bahasa Perancis tapi isi ceritanya pake bahasa Indonesia kok.
Cerita ini terinspirasi dari seseorang, wkwk. Iya, jadi gue bikin cerita ini gara-gara seseorang yang bikin hati gue jadi dagdigdugser gituuuu. Wuahahahahahah.
Sebenernya bukan cuma gue doang yang buat cerita ini. Temen gue yang namanya Aliyya juga ngebantu gue buat cerita ini. Kira-kira 50% ide cerita ini dari dia. Jadi, intinya cerita ini terinspirasi dari kehidupan kami berdua dengan someone itulah, haha.
Oke, langsung aja masuk ke ceritanya. Check this out!
la moitié de mon coeur
Aku dan kamu...
Kita tidak akan bisa bersama
Memang susah ketika kamu mencintai dua orang sekaligus
Tetapi sejujurnya, aku tidak bisa seperti ini terus
I can't live like that
Di balik senyumanku yang pura-pura tegar, sebenarnya aku sakit
Aku nggak kuat pura-pura biasa aja padahal cemburu
Pura-pura kuat padahal lemah
Pura-pura itu capek,
karena yang kita tunjukkan tidak sesuai dengan isi hati
**
Kutatap dua bola matamu
Tersirat apa yang 'kan terjadi
Kau ingin pergi dariku
Meninggalkan semua kenangan
Menutup lembaran cerita. Oh sayangku...
Aku tak mau...
Ku tau semua akan berakhir
Tapi ku 'tak rela lepaskanmu
Kau tanya mengapa aku tak ingin pergi darimu
Dan mulutku diam membisu...
Salahkah bila diriku terlalu mencintaimu?
Jangan tanyakan mengapa
Karena aku tak tau
Aku pun tak ingin bila kau pergi tinggalkan aku
Masihkah ada hasratmu
'tuk mencintaiku lagi
Apakah yang harus aku lakukan 'tuk menarik perhatianmu lagi...
Walaupun harus
Mengiba agar kau tetap disini
Lihat aku duhai sayangku...
***
Gisha menatap pemandangan di depannya dengan nanar. Kemudian ia tersenyum ketika pandangannya beralih melihat pasangan muda yang mengantar anak mereka bermain perosotan. Kelihatannya keluarga itu bahagia sekali.
Saat ini ia sedang berada di taman favoritnya. Ia selalu datang kemari di saat sedih ataupun senang.
Entah rasa apa yang ia rasakan saat ini. Apakah sedih, atau senang.
Entahlah.
Dia juga bingung akan perasaanya.
Ketika perasaan senang itu menghampirinya, rasa sedih itu turut hadir juga.
Intinya dia sedang bingung sekarang.
Dan dengan tiba-tiba secara tak di sangka seseorang laki-laki memeluknya dari belakang.
"Aku datang untukmu." kata laki-laki tersebut.
"Um," Gisha menoleh ke belakang. "akhirnya kamu datang juga." lalu kembali menatap lurus ke depan lagi.
"Kamu nunggu lama, ya? Sorry tadi aku harus jemput Raya ke sekolahnya dulu. Habis itu kita makan siang."
"Aku juga baru nyampe kok, Drew. Nyantai aja." Gisha tersenyum tipis.
Namun hati sedang menangis di dalam. Mendengar bahwa tadi Andrew menjemput Raya dan mereka makan siang bersama. Manis sekali.
"Kamu udah makan?" tanya Andrew masih dalam keadaan memeluk Gisha.
"Sebelum ke sini aku sempat makan kok di rumah."
"Aku kangen sama kamu, Gish." ucap Andrew tulus.
Aku tau rasa kangen kamu itu harus dibagi dua, Drew.
"Hm, aku juga." kata Gisha singkat.
"Kamu kenapa?"
"Andrew, lepasin deh pelukannya. Malu tau diliatin orang-orang." cerocos Gisha menghilangkan awkward moment mereka.
"Kenapa malu?"
"Astaga, Drew. Ntar kita dikira pasangan mesum gimana?"
"Iya, deh aku lepas." ucap Andrew sambil terkekeh kecil saat melihat tingkah kekas-- tidak bukan kekasih. Lebih tepatnya apa, ya. Hubungan tanpa status mungkin?
Mereka pun duduk di bangku teman yang terletak dekat dengan posisi mereka berdiri saat ini.
Namun, baru saja mereka duduk sebentar handphone Andrew bergetar.
Andrew melihat caller ID yang meneleponnya dan setelah itu menatap Gisha ragu.
"Gish, aku angkat telepon Raya dulu, ya?"
Belum juga Gisha menjawabnya Andrew sudah pergi menjauh dari Gisha.
Gisha menghela nafas berat. Kenapa tidak bicara di sini saja? batinnya.
Sebenarnya Gisha sudah tidak tahan lagi berada di posisi seperti ini.
Sebenarnya hubungan apa yang selama ini dia jalani bersama Andrew?
Sebenarnya siapa yang dicintai Andrew lebih banyak?
Sebenarnya siapa yang akan dipilih Andrew. Gisha atau Raya?
Gisha tahu bahwa Andrew mencintai dirinya. Tidak diragukan lagi.
Masalahnya di sini adalah Andrew tidak hanya mencintai Gisha tetapi juga mencintai Raya.
Raya dan Andrew sudah berpacaran setahun yang lalu.
Setelah itu Andrew putus dengan Raya. Raya yang memutuskannya.
Di saat-saat itu pula Gisha datang ke kehidupan Andrew dan membuatnya kembali bersemangat lagi. Andrew senang dengan kehadiran Gisha. Gisha pun begitu senang karena dapat mengobati luka di hati Andrew.
Semuanya tidak berjalan mulus begitu saja.
Raya datang lagi ke kehidupan Andrew. Dengan alasan memberinya kesempatan untuk kedua kalinya, karena ia tak akan mengecewakan Andrew lagi.
Saat itu Andrew bingung, apakah ia harus kembali bersama Raya atau memulai cerita baru bersama Gisha.
Ia berpikir setiap orang berhak mendapatkan kesempatan keduanya.
Andrew masih diselimuti suara-suara yang mengatakan bahwa ia masih mencintai Raya.
Meskipun Gisha telah mengobati lukanya yang dalam, Andrew tetap memilih Raya. Ia pun menerima Raya kembali.
Gisha yang mengetahui bahwa Andrew dan Raya kembali hanya bingung. Ia harus bahagia atau sedih?
Dan juga tanpa disadari oleh Andrew, perasaannya kepada Gisha telah tumbuh.
Ia mencintai Raya, juga Gisha.
Hati Gisha bergetar memikirkan itu semua.
Ia sudah tak dapat menahan cairan bening yang berada di pelupuk matanya.
Tangisnya pun pecah. Ia menangis dalam diam. Menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tidak ada yang mendengar tangisannya.
Gisha pun memutuskan untuk segara pulang tanpa menunggu Andrew selesai menjawab telepon Raya.
Ia tidak ingin Andrew melihatnya menangis.
Maaf, aku pergi, Drew. Aku enggak mau kelihatan lemah di hadapan kamu. Kamu pantes bahagia, Drew.
Setelah itu Gisha pun pergi dari taman dengan menghapus air matanya.
Sebelum pergi, ia melepaskan sebuah cincin yang melekat di jari manisnya.
Cincin dari Andrew.
Keputusan Gisha sudah bulat. Ia akan melepaskan Andrew bersama Raya. Ia yakin tanpa dirinya, Andrew akan baik-baik saja bersama Raya.
Andrew yang telah selesai menerima telepon Raya, kembali ke bangku taman dan tak mendapati seorang pun di sana.
Di mana Gisha? Andrew membatin.
Ia menoleh ke segala penjuru taman untuk menemukan sosok Gisha. Tapi hasilnya nihil.
Tiba-tiba pandangannya berhenti pada satu objek.
Sebuah benda kecil berbentuk bulat di atas bangku taman yang ia duduki tadi bersama Gisha.
Benar.
Itu cincin pemberian Andrew.
Andrew berpikir sejenak.
Apa maksud dari semua ini.
Akhh kenapa bisa seperti ini. Kamu kemana Gisha? Andrew berteriak sambil mengacak-acak rambutnya.
Ia terlihat seperti orang putus asa.
Jangan bilang dia akan pergi. Batin Andrew.
**
Karena bingung ia pun segera menelepon Gisha.
Andrew: Halo, Gish! Kamu di mana? Kok tiba-tiba ilang gitu sih?
Gisha: Maaf, Drew.
Andrew: Gisha, jawab kamu dimana???
Gisha: Andrew, kamu enggak usah nyari-nyari aku lagi. Aku udah nyerah sama semua ini.
Andrew: Maksud kamu nyerah sama semua ini apa, Gish?
Gisha: Aku nyerah, Drew. Aku capek berada di posisi ini terus. Aku capek pura-pura baik-baik aja tapi nyatanya aku sedang enggak baik. Aku capek selalu yang jadi nomer dua. Aku capek ketika aku ada waktu buat kamu, tiba-tiba kamu pergi sama Raya dan ninggalin aku. Tadi aja di saat aku ngomong ke kamu untuk terakhir kalinya dan ngejelasin semuanya kamu malah sempet-sempetnya angkat telepon dari Raya. Kamu pikir aku ini apa? Aku juga punya hati, Drew. Aku juga hanya manusia biasa yang punya batas kesabaran. Dan saat ini, kesabaran aku udah habis. Aku enggak mau sakit hati lagi. Karena nyatanya semakin aku cinta sama kamu, aku malah semakin sakit hati, Drew. Itu yang aku rasain selama ini.
Andrew: Gish, maaf.
Gisha: Aku yang seharusnya minta maaf karena udah masuk dalam hubungan kalian. Tapi kali ini kamu enggak usah khawatir karena aku akan bener-bener pergi.
Andrew: Kamu enggak bercanda kan, Gish? Kamu mau ke mana? Jangan tinggalin aku, Gish. Kamu udah janji akan tetap bersamaku.
Gisha: Sedikit lagi aku take off. Aku ingin sekolah di Aussie. Sekali lagi maaf karena aku udah mengingkari janji untuk tetep sama kamu, Drew.
Andrew: Gish, jangan tinggalin aku. Aku mohon, Gish. Aku cinta kamu. Jangan tinggalin aku. Aku mohon.
Gisha menutup teleponnya dan menumpahkan seluruh air matanya.
Ia menangis terisak-isak.
Maafin aku, Drew. Asal kamu tau, aku juga cinta kamu. Ucap Gisha.
Setelah itu ia berjalan memasuki pesawat yang akan membawanya ke Aussie.
Selamat tinggal, Andrew.
***
Di lain tempat, Andrew melajukan mobilnya cepat menuju bandara. Ia ingin mengejar Gisha.
Sesampainya di bandara ia tidak menemukan seorang Gisha.
Pesawat Gisha telah lepas landas sejak 10 menit yang lalu.
Andrew mengacak rambutnya kesal.
Dia telah kehilangan Gisha...
Ia sudah terlambat.
***
"Kau akan benar-benar menyadari seberapa besar cintamu pada seseorang setelah orang itu pergi dari kehidupanmu." - la moitié de mon coeur-
***
5 tahun kemudian...
Andrew dan Gisha masih tetap menjadi diri mereka yang dulu.
Andrew yang masih menyesali semuanya dan Gisha yang masih berusaha melupakan Andrew.
Nihil. Gisha tidak akan mampu untuk melupakan Andrew.
Andrew telah menjadi bagian dalam dirinya yang tidak mungkin dilepaskan dan dilupakan begitu saja.
***
Andrew's POV
Walaupun sudah lima tahun berlalu, perasaanku terhadapnya tidak berubah. Masih sama. Bahkan terus bertambah ketika aku mencoba melupakan gadis itu.
Gadis yang ku sia-siakan.
Gadis yang dulu sangat mencintaiku.
Mengapa di saat ia telah pergi, aku baru menyadari betapa aku mencintainya.
Mengapa semuanya datang terlambat?
Aku mencintainya lebih dari Raya, orang yang kuperjuangkan dulu.
Dan ternyata selama ini aku memperjuangkan orang yang salah.
Buktinya, sekarang Raya pergi dari kehidupanku.
Harusnya dari dulu aku sadar bahwa aku cinta Gisha. Bukan Raya.
Sebanyak apapun aku berpikir, sebanyak apapun aku menyesal, sebanyak apapun aku meminta maaf, dia tidak akan kembali lagi.
Gisha berhak bahagia.
Ia tak pantas dengan seorang brengsek sepertiku.
Ia tak pantas dengan seorang pengecut seperti diriku.
Gisha, kamu berhak bahagia dengan orang lain.
***
Gisha's POV
5 tahun sudah aku tidak menginjakkan kakiku di tanah air.
Aku rindu Indonesia.
Aku rindu Mama dan Papa.
Aku rindu Abang.
Aku rindu keluargaku.
Aku rindu teman-teman.
Aku rindu dengan semua yang ada di Indonesia.
Termasuk dirinya...
Sudah lama memang. Tapi melupakan seseorang tidak segampang berkenalan dengan seseorang.
Selama 5 tahun di sana, hidupku masih sama saja. Masih sama seperti Gisha yang dulu. Gisha yang masih mencintai Andrew.
Bak Beatrice Prior dengan seorang Tobias Eaton di film Divergent.
That's enough.
"Gish, jangan melamun terus napa. Entar kesambet loh. Kalau lo kesambet gua mah ogah ngurusin lo ye." kata Bang Alvan.
"Ihh, Bang Alvan rese deh. Siapa juga yang melamun? Orang tadi aku cuma--" aku menghentikan kataku. Kalau aku bilang lagi mikirin Andrew entar Bang Alvan malah tambah ngeledekin.
"Ciee... Cuma apa hayo? Cuma lagi mikiran Andrew, ya?"
Tuh kan. Belum juga di kasih tau Bang Alvan sudah tahu.
"Ih, abang kapan sih berubah jadi mbah dukun? Sotoy banget elah."
"Bener lagi mikirin Andrew, 'kan? Kalau cinta ya ngomong dong. Kok malah dibikin repot sih." ucap Bang Alvan santai.
"Aku 'kan cewek, masa cewek nembak duluan, sih? Lagian kalau misalnya dia masih cinta sama aku, dia udah nyamperin aku dan ngelamar aku sekarang, Bang." kataku.
"Tapi dia enggak tau kabar lo, Gish. Dia enggak tau apa lo udah punya pacar belom. Bisa aja dia mikir kalau kamu udah nikah dan punya anak."
Bener juga kata Bang Alvan.
"Iyasih."
"Yaudah. Jangan pikiran loh, Gish. Entar kamu sakit. Main ke Indonesia itu happy kek. Masa galau kek gini?"
Bang Alvan pun pergi dari hadapanku.
Namun, sebelum benar-benar pergi Bang Alvan sempat menoleh ke arahku.
"Entar malem bokap ada acara kantorannya dia. Mama, gue, sama elo harus datang. Inget ya acara jem tujuh. Awas kalau belum siap nanti." teriak Bang Alvan.
Acara kantornya Papa is not too bad lah.
Aku akan pergi ke acara tersebut.
***
Author's POV
Gisha tengah menyiapkan dirinya untuk mendatangi acara kantor Papanya.
Ia akan memakai sebuah pakaian simple berwarna hitam. (lihat mulmed)
"Dek udah siap belum?" teriak Mama Gisha dari luar pintu kamar.
"Bentar lagi, Ma. Mama, Papa sama Bang Alvan tunggu di bawah aja. Dikit lagi aku turun kok." kata Gisha
Lalu Gisha memperbaiki sedikit rambutnya.
"Kalau gitu Mama tunggu di bawah. Cepetan." tak terdengar lagi suara Mama Gisha.
Gisha memperhatikan lagi penampilan dirinya di sebuah cermin. Semuanya sudah siap. Tinggal berangkat.
Ia tampak benar-benar menawan.
Gisha pun turun ke bawah untuk menemui mereka.
"Aku udah siap, nih. Berangkat aja yuk."
Papa dan Mama Gisha begitupun Bang Alvan memperhatikan Gisha dari atas sampai bawah.
"Anak Papa udah gede, ya. Kayaknya baru kemaren Papa gendong kamu dan ngajakin main ayunan. Sekarang kamu udah keliatan jadi putri Papa yang dewasa, Gisha." ucap Papa Gisha terkagum dengan putrinya tersebut.
"Ihh, nggak usah diliatin deh Ma, Pa. Yaudah kita berangkat aja. Entar telat loh."
Keluarga itu pun segera memasuki mobil dan berangkat ke acara tersebut.
Mereka pun sampai di sebuah gedung yang dipenuhi kolega-kolega dan orang-orang penting.
Mereka telah tiba di acara kantor Papa Gisha.
Gisha, Bang Alvan, Papa dan Mama Gisha pun masuk ke dalam gedung tersebut.
Sementara Papa dan Mama Gisha masih mengobrol bersama temannya dan Bang Alvan yang entah kemana, Gisha pun berjalan untuk melihat-lihat sekitar.
Betapa kagetnya saat seseorang menabrak Gisha. Hampir saja Gisha jatuh, untung ia bisa menjaga keseimbangan.
Orang yang menabraknya tak mengatakan satu kata pun. Kenapa orang ini?
Gisha dengan tidak sabar ingin melihat orang yang menabraknya.
Dan tiba-tiba....
Ia tahu.
Orang yang menabraknya adalah sosok masa lalu itu.
Sosok masa lalu yang datang lagi.
Sosok yang ia impikan.
Sosok yang tak pernah hilang dari otaknya.
Sosok yang selalu menghantui dan membayang-bayangi seorang Gisha.
Dan sosok itu adalah... Andrew.
Benar, itu Andrew.
Gisha hanya diam mematung tak bisa berkata apa-apa. Lidahnya tiba-tiba kelu. Aliran darahnya seakan berhenti. Begitupun jantungnya. Seakan waktu sedang berhenti.
Andrew yang ada di hadapannya juga hanya diam tak berkata apa pun. Dia menatap Gisha dengan kaget dan penuh penyesalan.
"Gisha." satu kata yang keluar dari bibir manis Andrew.
"Andrew." balas Gisha.
"Kamu ada di sini juga ternyata?"
"Iya, ini acara kantor Papa sih."
"Apa kabar?"
"Baik. Kamu?"
"Tidak baik, sampai aku bisa lihat kamu lagi. Sekarang aku bisa ketemu kamu lagi dan itu membuatku sangat sangat baik."
Gisha hanya diam. Apa maksud dari Andrew?
"Gish, aku kangen sama kamu. Aku kangen sama semua kelakuan kamu. Aku kangen kamu yang kadang suka ngomel-ngomel gak jelas, aku kangen cerewetnya kamu, aku kangen saat kita jalan bareng, aku kangen senyum kamu, aku kangen peluk kamu, aku kangen denger kata-kata manis dari kamu, aku kangen ketika kamu ingetin aku untuk tidak lupa makan karena kamu tau kalau aku enggak bisa kalau enggak makan pagi, aku kangen kamu bilang 'goodnight' ke aku. Aku kangen semua tentang kamu. Masih sampe sekarang." ucap Andrew panjang. Matanya masih setia menatap Gisha yang menunduk.
Bukannya Gisha enggan membalas tatapan Andrew, tetapi ia takut kelihatan grogi di depan Andrew.
"Drew, aku..."
"Aku cinta sama kamu, Gish. Cinta aku masih sama kayak dulu. Malah semakin bertambah. Aku sadar kalau wanita yang aku cinta itu kamu, bukan Raya. Maafin segala kesalahan aku di masa lalu, Gish."
"Aku... sebenarnya selama ini aku selalu berusaha untuk melupakan kamu, Drew. Aku mencoba segala cara. Tapi hasilnya nol. Sia-sia tai gak."
"Terus gimana? Kamu mau kita ulang semuanya dari awal lagi?" tanya Andrew sungguh-sungguh.
Gisha pun mengangguk malu.
Melihat anggukan tersebut, Andrew langsung memeluk Gisha dan dibalas oleh Gisha.
Dua manusia yang awalnya terpisah ini, akhirnya bisa kembali juga.
Memang benar, jodoh enggak lari kemana.
Mereka telah diuji oleh banyak hal dan akhirnya mereka bersama.
Perjalanan yang sangat panjang untuk sampai ke tahap ini.
Selamat berbahagia Gisha dan Andrew.
***
"Karena akhirnya kalau kita memang jodoh, kita akan kembali bersama lagi." - la moitié de mon coeur-
***
Nah, gimana ceritanya? Comment below, please :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persyaratan Peserta Didik Baru Online SMP Negeri 2 Sentani 2016/2017

Cerpen: Highschool Story

Peristiwa Perjuangan serta Uraian Singkatnya